DaerahInternasionalNasionalPariwisata

Pawai Ogoh-Ogoh, Kemeriahan Malam Pengrupukan Menjelang Hari Nyepi.

157

Ogoh-Ogoh dijadikan sebagai simbolisasi unsur negatif dan biasanya digambarkan sebagai sosok besar dan menakutkan.

sumber : travelifeindonesia.com

Travelife Indonesia – Menjelang Hari Raya Nyepi, masyarakat Hindu Bali menjalani sejumlah ritual khas dimana memiliki makna mendalam dari penyucian diri dan hubungan dengan alam semesta dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian yaitu amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), amati geni (tidak menyalakan api), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang) yang diikuti selama 24 jam penuh. Pada 2-4 hari sebelum Hari Raya Nyepi, masyarakat melaksanakan kegiatan menyucikan diri dan perangkat peribadahan di Pura melalui Upacara Melasti. Sementara itu, satu hari sebelum Nyepi, dilaksanakan ritual Buta Yadnya. Ritual ini berupa rangkaian upacara untuk menghalau kehadiran buta kala atau manifestasi unsur negatif dalam kehidupan manusia. Ritual Buta Yadnya terdiri dari dua tahapan, yaitu ritual mecaru (pecaruan) dan ngrupuk (pengerupukan). Mecaru merupakan upacara persembahan aneka sesajian (caru) kepada Buta Kala dan dilakukan sesuai tingkatan dari keluarga hingga provinsi. Ngrupuk adalah ritual berkeliling rumah dengan membuat bunyi-bunyian disertai penebaran nasi tawur dan asap dupa secara beramai-ramai. Adapun salah satu ritual Buta Yadnya, terdapat tradisi pawai ogoh-ogoh yang menjadi salah satu daya tarik pariwisata dan semarak tiap tahun.

Baca Juga : Wisata Bandung Berasa Liburan di Luar Negeri Instagramable

Mengenal Ogoh-ogoh, Manifestasi Unsur Negatif.

sumber : travelifeindonesia.com

Ogoh-Ogoh berasal dari kata ogah-ogah yang merupakan Bahasa Bali dengan makna sesuatu yang digoyang-goyangkan Pada tahun 1983, wujud Bhuta Kala mulai dibuat berkaitan dengan ritual Nyepi di Bali yang dijadikan sebagai simbolisasi unsur negatif dan biasanya digambarkan sebagai sosok besar dan menakutkan. Ogoh-ogoh awalnya dibuat menggunakan kerangka bambu dan dilapisi kertas atau bahan alam lainnya tapi seiring perkembangan jaman, kebanyakan ogoh-ogoh menggunakan bahan dasar styrofoam karena lebih mudah untuk dibentuk serta lebih detail dengan waktu pembuatan dapat berlangsung berminggu-minggu sebelum Hari Raya Nyepi. Selanjutnya akan diadakan pawai ogoh-ogoh dengan mengarak sekeliling Desa, selama prosesi masyarakat biasanya mengiringi dengan nyanyian dan tarian khas Bali. Setelah pawai selesai, ogoh-ogoh biasanya akan dibawa ke tempat terbuka untuk diletakkan dan dibakar, proses ini disebut Ngrupuk sebagai simbol dari energi suci yang membersihkan unsur negatif.

Hari Pelaksanaan Pawai Ogoh-ogoh Serempak di Bali.

sumber : travelifeindonesia.com

Pelaksanaan ritual pengrupukan dan pawai ogoh-ogoh berlangsung serempak sehari menjelang Hari Raya Nyepi atau dalam hari di Bali yaitu Tilem Sasih Kesanga di setiap banjar di seluruh Bali, khususnya di hari ini tanggal 10 Maret 2024. Salah satu tempat pawai ogoh-ogoh paling meriah ada di Catus Pata tepatnya di Patung Catur Muka, Puputan Badung dimana hampir dari penjuru Kota Denpasar merayakan Pengrupukan atau pawai ogoh-ogoh di tempat satu ini. Sehingga tentunya menarik minat masyarakat baik itu lokal maupun mancanegara. Dilihat dari animo masyarakat yang berbondong-bondong untuk menyaksikan pawai ogoh-ogoh dari tiap Banjar di Kota Denpasar bahkan hujan dengan intensitas cukup lebat tidak mengurangi minat masyarakat datang ke Patung Catur Muka.

Kesimpulan

Pawai ogoh-ogoh adalah tradisi penting di Pulau Bali dengan makna penyucian diri menjelang Hari Raya Nyepi selain bisa menjadi sarana ekspresi seni dan kekompakan komunitas Pemuda di Bali.

 

Exit mobile version